Jumat, 23 Maret 2012

berkah


Di Ujung Perpisahan
Kau suguhi aku cerita yan gtak jelas maknanya
Kau katakana cinta, namun hambar rasanya
Lalu, kau bawa sisa-sisa kenangan tentang kita
Hingga aku terdampar sendiri dikaki senja
Tak da sebuah kereta berbalik kestasiun tadi dengan alasan masih da penumpang yang tertinggal
Dan, tak da penumpang yang berlari mengejar sejauh kereta melaju
Yang terdenganr, penumpang itu berkata
Sudahlah aku akan menunggu kereta berikutnya
Selamat jalan, wahai bidadari yang terluka..

Antara Waktu dan Cinta
Mana yang akan kau pilih WAKTU atau CINTA????
          Sebuah cerita. Entah zaman kapan, disebuah pulau tak bernama, ada sebuah kehidupan. Pulau itu dihuni oleh Si Bahagia, si Sedih, si Senang, si Kaya, si Miskin, si Tampan, si Cantik, Si Jelek, dan si Cinta. Mereka hidup berdampingan dalam kedamaian yang belum pernah terjadi di pulau lainnya. Suatu hari, tiba-tiba ada badai dan air laut mendadak pasang. Ombak bergulung-gulung, menghantam pulau itu. Semua penghuni panuk. Mereka sibuk berlarian untuk menyelamatkan diri dan tersebut mendapatkan sampan yang jumlahnya terbatas.
          “Cinta, si mahluk yang lembut dan paling baikpun bingung karna tidak mendapatkan sampan, juga tidak bisa berenang, semntara air sudah mencapai betisnya. Ia berlari kesana-kemari, minta tolong, tapi tak ada yang menolong. Ketika air sudah mencapai paha, Cinta menangis. Lalu, ioa berteriak kepada si Bahagia yang siap pergi dengan sampannya. Tapi si bahagia diam saja terlalu larut dalam kebahagiannya karna bisa mendapatkan sampan untuk menyelamatkan diri.
          “Cinta lalu menghampiri si Sedih dan minta pertolongan padanya. Sedih menjawab, ‘Maafkan aku Cinta, aku tidak bisa membawamu karna akupun terlalu sedih denga takdir ini. Aku ridak mau berbagi kesedihan denganmu jika kau ikut naik kesampanku ini. Minta tolonglah kepada si Senang. ‘Cinta lalu menghampiri si Senang dan minta tolong padanya. Tapi Senang malah tertawa saking senangnya mendapatkan sampan, hingga permohonan Cinta tak digubrisnya. Cinta semakin sedih, sementara air sudah mencapai pinggangnya.
          Tapi Ia tidak putus asa. Dihampirinya si Kaya yang hendak pergi dengan membawa semua kekayaannya. Si Kaya inipun menolaknya dengan alasan perahunya telah dimuati semua hartanya. Jika Cinta ikut naik, si Kaya tenggelam bersama semua kekayaannya. Cinta mendatangi si Miskin, lalu minta tolong padanya. Tapi, Miskin tidak bisa pula menolongnya dengan menjawab “sampanku ini aku beli dari hasil mengemis hiongga kecil dan sempit. Kalu kau ikut naik, aku takut kita tenggelam ditengah lautan. Minta tolonglah pada si Tampan dan si Cantikyang naik sampan bersama. “Cinta mendatangi mereka berdua. Tapi, keduanya seakan tak mendengarpermohonannya karne mereka larut dalam pesona penampilan masing-masing.
          “Cinta menangis semakin sedih, apalagi ketika air sudah mencapai dadanya. Terakhir, ia melihat si Jelek mendayung melewatinya. Cinta pun memohon pertolongan padanya. “mohon maaf, Cinta. Aku tak pantas bedekatan denganmu karna kau ini jelek. Aku takut kau yang mulia ini terbawa sial karna dekat denganku. Maafkan aku, Cinta, “ jawab si Jelek, lalu pergi dari hadapan Cinta dengan sampan. Cinta kini sendiri. Ia menangis terseduh-seduh, sementara air sudah sampai leher dan hamper membuatnya tenggelam.
          Akhirnya ia pun pasrah pada takdir yang akan menghampirinya. Namun disaat air hamper menenggelamkannya, seorang kakek berpakaian putih langsung menariknya hingga Cinta naik kesampannya. Cinta senang dengan pertolongan itu. Ia dibawa menuju kesebuah pulau tak bernama. Ketika sampai dipulau tak bernama itu, si Kakek pergi begitu saja. Cinta yang terlalu senang jadi lupa menanyakan siapa gerangan Kakek baik itu. Lalu, Ia bertanya pada penduduk setempat mengenai Kakek tersebut. Penduduk itu menjawab “Dialah sang waktu”.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar