Di Ujung Perpisahan
Kau suguhi aku cerita yan gtak jelas
maknanya
Kau katakana cinta, namun hambar
rasanya
Lalu, kau bawa sisa-sisa kenangan
tentang kita
Hingga aku terdampar sendiri dikaki
senja
Tak da sebuah kereta berbalik
kestasiun tadi dengan alasan masih da penumpang yang tertinggal
Dan, tak da penumpang yang berlari
mengejar sejauh kereta melaju
Yang terdenganr, penumpang itu berkata
Sudahlah aku akan menunggu kereta
berikutnya
Selamat jalan, wahai bidadari yang
terluka..
Antara Waktu dan Cinta
Mana yang akan kau pilih
WAKTU atau CINTA????
Sebuah cerita. Entah zaman kapan,
disebuah pulau tak bernama, ada sebuah kehidupan. Pulau itu dihuni oleh Si
Bahagia, si Sedih, si Senang, si Kaya, si Miskin, si Tampan, si Cantik, Si
Jelek, dan si Cinta. Mereka hidup berdampingan dalam kedamaian yang belum
pernah terjadi di pulau lainnya. Suatu hari, tiba-tiba ada badai dan air laut
mendadak pasang. Ombak bergulung-gulung, menghantam pulau itu. Semua penghuni
panuk. Mereka sibuk berlarian untuk menyelamatkan diri dan tersebut mendapatkan
sampan yang jumlahnya terbatas.
“Cinta, si mahluk yang lembut dan
paling baikpun bingung karna tidak mendapatkan sampan, juga tidak bisa
berenang, semntara air sudah mencapai betisnya. Ia berlari kesana-kemari, minta
tolong, tapi tak ada yang menolong. Ketika air sudah mencapai paha, Cinta
menangis. Lalu, ioa berteriak kepada si Bahagia yang siap pergi dengan
sampannya. Tapi si bahagia diam saja terlalu larut dalam kebahagiannya karna
bisa mendapatkan sampan untuk menyelamatkan diri.
“Cinta lalu menghampiri si Sedih dan
minta pertolongan padanya. Sedih menjawab, ‘Maafkan aku Cinta, aku tidak bisa
membawamu karna akupun terlalu sedih denga takdir ini. Aku ridak mau berbagi
kesedihan denganmu jika kau ikut naik kesampanku ini. Minta tolonglah kepada si
Senang. ‘Cinta lalu menghampiri si Senang dan minta tolong padanya. Tapi Senang
malah tertawa saking senangnya mendapatkan sampan, hingga permohonan Cinta tak
digubrisnya. Cinta semakin sedih, sementara air sudah mencapai pinggangnya.
Tapi Ia tidak putus asa. Dihampirinya
si Kaya yang hendak pergi dengan membawa semua kekayaannya. Si Kaya inipun
menolaknya dengan alasan perahunya telah dimuati semua hartanya. Jika Cinta
ikut naik, si Kaya tenggelam bersama semua kekayaannya. Cinta mendatangi si
Miskin, lalu minta tolong padanya. Tapi, Miskin tidak bisa pula menolongnya
dengan menjawab “sampanku ini aku beli dari hasil mengemis hiongga kecil dan
sempit. Kalu kau ikut naik, aku takut kita tenggelam ditengah lautan. Minta
tolonglah pada si Tampan dan si Cantikyang naik sampan bersama. “Cinta
mendatangi mereka berdua. Tapi, keduanya seakan tak mendengarpermohonannya
karne mereka larut dalam pesona penampilan masing-masing.
“Cinta menangis semakin sedih, apalagi
ketika air sudah mencapai dadanya. Terakhir, ia melihat si Jelek mendayung
melewatinya. Cinta pun memohon pertolongan padanya. “mohon maaf, Cinta. Aku tak
pantas bedekatan denganmu karna kau ini jelek. Aku takut kau yang mulia ini
terbawa sial karna dekat denganku. Maafkan aku, Cinta, “ jawab si Jelek, lalu
pergi dari hadapan Cinta dengan sampan. Cinta kini sendiri. Ia menangis
terseduh-seduh, sementara air sudah sampai leher dan hamper membuatnya
tenggelam.
Akhirnya ia pun pasrah pada takdir
yang akan menghampirinya. Namun disaat air hamper menenggelamkannya, seorang
kakek berpakaian putih langsung menariknya hingga Cinta naik kesampannya. Cinta
senang dengan pertolongan itu. Ia dibawa menuju kesebuah pulau tak bernama.
Ketika sampai dipulau tak bernama itu, si Kakek pergi begitu saja. Cinta yang
terlalu senang jadi lupa menanyakan siapa gerangan Kakek baik itu. Lalu, Ia
bertanya pada penduduk setempat mengenai Kakek tersebut. Penduduk itu menjawab
“Dialah sang waktu”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar